Kaum muslimin dari
berbagai penjuru dunia yang berjumlah sekitar 2 juta orang setiap tahunnya
menunaikan ibadah haji ke tanah suci Makkah, bahkan tidak sedikit dari mereka
yang menunaikan ibadah haji itu untuk kesekian kalinya, tak ada perasaan bosan
apalagi kapok dalam menunaikan ibadah haji meskipun harus berkorban dengan
harta, tenaga dan menghadapi sejumlah kesulitan. Bahkan setiap muslim yang
sudah menunaikannya tetap ingin mengulanginya lagi meskipun kewajiban haji
hanya sekali dalam seumur hidup.
Kalau bukan panggilan iman, mana mungkin seorang hamba mau meninggalkan
segala urusan duniawi dengan pengorbanan harta, waktu dan tenaga guna
menunaikan ibadah haji. Sudah lama niat ditancapkan ke dalam hati, danan
dikumpulkan, lesehatanbadan dijaga, manasik haji dihafalkan dan fatwa-fatwa
serta nasehat-nasehat para ulama dihayati dalam-dalam dengan harapan agar
cita-cita menunaikan ibadah haji tidak sia-sia dihadapan Allah swt.
Ibadah haji memberikan pelajaran yang sangat besar dan berharga kepada setiap
orang yang menunaikannya, karenanya pantas kalau haji kita sebut juga sebagai
madrasah atau sekolah yang diantara fungsinya adalah untuk membina dan menempa
orang yang berada didalamnya. Kalau kita sederhanakan, paling tidak ada tujuh
tempaan atau binaan ibadah haji bagi orang yang menunaikannya.
Pertama, ibadah haji membina kepada jamaahnya untuk selalu mengagungkan Allah
swt, ini terlihat dari ucapan Labbaik Allahumma Labbaika la syariika Labbaik
(Aku memenuhi panggilanMu ya Allah, Aku memenuhi panggilanMu yang tiada sekutu
bagiMu), ini menunjukkan bahwa hanya Allah yang pantas dijadikan Tuhan dan
diagung-agungkan dalam kehidupan ini. Pengagungan terhadap Allah tidak hanya
karena ucapan talbiyah itu, tapi seluruh jamaah haji memang harus menunaikan
ibadah yang sesuai dengan ketentuan Allah sebagaimana yang dicontohkan oleh
Rasul saw dan ini berarti ibadah haji merupakan simbol dari penyerahan total
kepada Allah swt sehingga kaum muslimin dalam menunaikan ibadah haji tidak
terlalu bertanya-tanya apalagi mempersoalkan amalan-amalan yang harus
dilaksanakan seperti tawaf, sai dan sebagainya. Seorang muslim memang bisa saja
berkata: “yang penting kan essensi atau maksud ibadah haji yang harus kita
tunaikan, untuk apalagi simbol-simbol yang terdapat dalam ibadah haji itu?”.
tai baagi muslim yang sejati, dia akan menyadari bahwa ibaah haji itu merupakan
salahsatu bentuk ujian Allah kepada hamba-hambaNya apakah manusia mau loyal
atau tidak kepada Allah swt.
Kedua, ibadah haji juga membina kaum muslimin untuk membuktikan semangat
ukhuwahnya, tidak hanya dalam bentuk jiwa, tapi juga raga karena telah
dipertemukan oleh Allah dalam satu tempat, maksud dan tujuan yang sama, bacaan
yang sama hingga pakaian yang sama, tak ada perbedaan suku, ras, warna kulit,
bahasa, pangkat, kedudukan dan sebagainya, semua harus menunaikan ibadah haji
deng ketentua-ketentuan yang sama. Dari semangat ukhuwah ini, kaum muslimin
seharusnya semakin menyadari bahwa seorang haji semestinya lebih hebat semangat
ukhuwahdalam upaya menegakkan agama Allah dimuka bumi ini.
Dalam kaitan ini ibadah haji telah membangkitkan perasaan kasih sayang dengan
sesama muslim, pengendalian hawa nafsu dan semangat kebersamaan yang pada
akhirnya diharapkan bisa membangkitkan kekuatan solidaritas Umat Islam sedunia.
Binaan ketiga yang diperoleh kaum muslimin dari menunaikan ibadah haji adalah
menumbuhkan semangat berkorban tanpa pamrih, hal ini karena ibadah haji memang
harus ditunaikan dengna pengorbanan yang sangat besar, baik berupa harta, jiwa,
tenaga hingga waktu yang tersedia untuknya dlam kehidupan ini. Hasil tempaan
atau binaan dlam ibadah haji terhadpa kaum muslimin semestinya membuat kaum
muslimin tidak segan-segan untuk berkorban dengan harta dan jiwanya dan dengan
semua itu dia tidka akan menjadi manusia yang lupa atau lali dari mengingat
Allah sw, Allah berfirman :
يا أيها الذين آمنوا لا تلهكم أموالكم ولا أولادكم عن ذكر الله ومن يفعل ذلك
فأولئك هم الخاسرون
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalikan kamu dari mengingat
Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang
rugi (surat al-Munafiquun : 9)
keempat yang merupakan
binaan atau tempaan dari ibadah haji kepada kaum muslimin adalah memperkuat
ikatan sejarah yang membawa kaum muslimin kepad jejak sejarah Islam pertama,
hal ini karena memang ibadah haji itu juga napak tilas nabi Ibrahim, seorang
nabi yang sangat gigih dalam perjuangan menegakkan agama Allah yang juga
mendapat dukungan yang luarbiasa dari istri dan anak-anaknya. Nabi Ibarahim
mendapat juluikan Bapaknya para nabi, karena dari keturunannya lahir para nabi.
Nabi Ibrahim dengan kecintaannnya yang luar biasa kepada Allah membuat dia siap
dihukum mati dengan cara dibakar meskipun kemudian Allah menolongnya, juga
dengan ikhlas melaksanakan perintah pengorbanan anaknya Ismail, sementara
Ismail juga dengan sabar menerima ketentua itu dan Siti Hajar sang istri
tercinta juga rela dengna terhadap keputusan Allah hingga dia berhasil mengusir
syetan yang berusaha menggodanya.
Oleh karena itu dengan
melaksanakan ibadah haji seorang muslim semestinya tidak sekedar meraskan
kenikmatan beribadah secara ritual, tapi juga dapat membayangkan dan menghayati
betapa berat perjuanga para nbai dalam dakwah serta dapat juga menghayati
nikmatnya perjuangan itu meskipun dengan tantangan yang berat, dari sini
diharapkan seorang haji juga dapat membuktikan keberhasilan ibadah hajinya
dengan ikut serta secara aktif dalam dakwah guna memperbaiki kondsi akhlak
manusia yang kita rasakan sekarang terjadi kerusakan yang sangat
mengkhawatirkan.
Hadirin Kaum muslimin yang dimulaiakan Allah
Kelima, ibadah hajijuga
menempa kaum muslimin untuk menjadi orang yang berani dan siap menghadapi mati,
apalagi ibadah ini merupakan simbol penyerahan total manusia kepada Allah,
sehingga ibadah haji itu latihan untuk kembali kepada Allah sebagaimana
layaknya orang yang meninggal dunia. Telah dilatih jamaah haji itu untuk menggunakan
kain kafan dengna pakaian ihram, doilatih juga untuk membayankan suasana di
padang mahsyar dengan wukuf di padang Arafah dan sebagainya, bahkan dilatih
untuk melawan syaitan yang selalu menggoda agar manusia terlalu cinta dunia dan
takut pada mati. Oleh karena itu kalau kemudia ada ornag yang sudah menunaikan
ibadah haji tapi masih saja takut kepada mati itu menunjukkkan
kekurangberhasilan ibadah haji yang dilakukannya, apalgi kalau dia masih saja
tunduk pada keinginan-keingaina syaithan.
Keenam, yang juga
merupakan tempaan dari ibadah haji adalah mendidik seorang muslim untuk selalu
menjaga kehormatan dirinya, karena seorang haji yang bmabrur tentu harus
membuktikan kemabruran hajinya itu dengan kehormatan diri sehingga dia harus
jaga dirinya agar jangan sampai melakukan hal-hal yang menodai nilai hajinya
itu. Apalagi bagi seorang muslim yang karena sudah menunaikan ibadah haji lalau
dia menambah gelar haji didepan namanya, ini memebuat dia harus lebih ahti-hati
lagi agar jangan samapai melakukan hal-hal yang bernilai maksiat, karena apa
kata orang kalau seorang haji melakukan kemaksiatan.
Tempaan ketujuh yang
diperoleh dati menunaikan ibadah haji adalah agar seorang muslim memiliki
kesimbangan cinta. Manusia memang cenderung untuk mencintai segala yang membawa
kenikmatan duniawi dan Allah sendiri tidak melarang manusia untuk mencintai
dunia dan segala isinya, hanya kecintaan kepada Allah dan Rasulnya harus diatas
segala-galanya sehingga kecintaan pada ha—hal yang sifanya duniawi seperti
anak, istri, harta, rumah, jabatan, pekerjaan dan sebagainya tidka melebihi
dari kecintaan kepada Allah dan RasulNya.
Seorang muslim memang
tidka dibenarkan mencintai selain Allah yang melebihi kecintaannya kepada
Allah, bahkan jangankan melebihi kecintaannya kepada Allah, sama saja dalam
cinta antara Allah dengnaselainnya sudah tidak dibenarkan, hal ini dikemukakan
oleh Allah swt dalam kecintaan seorang mukmin yang sejati, Allah berfirman
ومن الناس من يتخذ من دون الله أندادا يحبونهم كحب الله والذين أشد حبا لله
“Diantara manusia ada
orang-orang yang menyembah tandingan-tandinga selain Allah, mereka mencintainya
sebagamana mereka mencintai Allah. Adapun ornag-orang yang beriman sangat
mencintai Allah” (Surat Al-Baqarah :165)
Hari raya Idul Adha yang kita peringati dan kita rayakan setiap tahun telah
memberikan kesan dan pelajaran yang dalam untuk kta semua, khususnya dalam
kaitan mengenang tokoh-tokoh yang terkait dengan peristiwa pengorbanan. Nabi
Ibrahim as, Siti Hajar dan Ismail as, mereka merupakan figur-figur yang memang
patut kita teladani, khususnya dalam kaitannya sebagai bapak atau suami, ibu
atau istri dana anak atau generasi muda. Allah swt sendiri memang telah
menyebutkan bahwa pada mereka itu terdapat keteladanan yang sangat tinggi.
Allah berfirman :
قد كانت لكم أسوة حسنة فى إبراهيم والذين معه إذ قالوا لقومهم إنا برؤا منكم
ومما تعبدون من دون الله.
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu
pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata
kepada kaum mereka, sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamuu dan dari apa
yang kamu sembah selain Allah” (Surat Al-Mumtahanah: 4)
Oleh karena pada
generasi Ibrahim itu terdapat keteladanan yang mengagumkan, baik dari diri nabi
Ibrahim as sendiri, Siti Hajar istrinya maupun Ismail assebagai anak yang
dihasilkannya, tentu terdapat ciri-ciri yang harus kita teladani dan kita
jadikan pedoman dalam bentuk karakter generasi muda kita sekarang dan
dimasa-mas yang akan datang.
Ada enam ciri generasi Ibrahim yang harus kita tanamkan kedalam diri kita dan
generasi muda kita pada masa kini dan mendatang manakala kita ingin memiliki
generasi Islam yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Pertama, yang merupakan ciri dari generasi Ibrahim adalah kritis dalam mencari
dan menerima kebenaran, karena itu generasi Ibrahim tidka larut dengan keadaan
zaman disekitarnya, generasi Ibrahim adalah generasi yang pandai memisahkan
mana yang hak dan mana yang batil untuk selanjutnya memilih yang hak dan
meninggalkan yang batil. Pelajaran ini nampak dari kisah Nabi Ibrahim as dalam
mencari tuhan dengan mengatakan kepada bapaknya yang bernama Azar :
أتتخذ أصناما آلهة إنى أراك وقومك فى ضلال مبين
“Pantaskah kamu
menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu
dan kaummmu dalam kesesatan yagn nyata. (Al-Anam : 74)
Semula ketika Ibrahim
as melihat bintang dia menduganya sebagai tuhan dengna mengatakan: “Inilah
Tuhanku”, tapi ia tidak suka saat bintang itu tenggelam. Lalu ketika bulan
nampak, ia berkata: “Inilah Tuhanku”, tapi ia juga tidak suka ketika bulan itu
terbenam, ketika matahari terbit, ia berkata: “Inilah Tuhanku”, tapi ia tidak
menuhankan matahari karena matahari juga terbenam sampai akhirnya ia menemukan
Tuhan Allah yang hak.
Demikianlah generasi Ibrahim
dengan daya kritisnya yang tinggi untuk bersikap dan bertingkah laku, karena
itu generasi yang harus kita bina harus memiliki sikap kritis sehingga tidak
mudah diomabang ambing oleh berbagai mode.
Kedua, ciri generasi Ibrahim yang seharusnya ada pada generasi kita adalah
memiliki sikap dan perilaku yang menyatu dengan ajaran Islam sehingga ia
berlepas diri dati segala macam bentuk kekufuran. Sikap seperti ini membuat dia
tidka mungkin suka kepada segala bentuk kemaksiatan karena hal itu merupakan
cermin dari sikapnya kepada kekufuran. Surat Al-Mumtahanah ayat 4 tadi
datas mencerminkan sikpa seperti ini.
Ketiga, yang merupakan ciri generasi Ibrahim adalah memiliki kebanggaan sebagia
seorang muslim sehingga dai selalu menunjukkan identitasnya sebagai muslim
dimanapun dia berada dalam berbagai situasi dan kondisi. Sikap ini tercermin
dalam firman Allah :
فإن تولوا فقولوا اشهدوا بأنا مسلمون
“Jika mereka berpaling
maka katakanlah kepada mereka: “saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang
menyerahkan diri kepada Allah” (surat Al-Imran :64)
Keempat, yang juga
menjadi ciri generasi Ibrahimm adalah memiliki ilmu yang banyak sehingga dengan
ilmu itu mereka mencapi prestasi yang tinnggi. Oleh karena itu generasi kita
sekrang juga harus memiliki semangat yang tinggi dalam mencari ilmu dan gemar
pula mengamlkan ilmu untuk kebaikan dijalan Allah swt, sifat ini terceermin
dalm firman Allah:
واذكر عبادنا إبراهيم وإسحاق ويعقوب أولى الأيدى والأبصار
“Dan ingatlah
hamba-hamba Kami, Ibrahim, Ishak dan Yakub yang mempunyai perbuatan-perbuatan
yang besar dan ilmu-ilmmu yang tinggi”.(surat shad :45)
Kelima, yang juga
menjadi ciri penting dari generasi Ibrahim adalah sanggup menghadapi resiko
dalam perjuangan menegakkan kebenaran, hal ini karena perjuangan dijalan Allah
memang akan berhadapan denan ssejumlah kendala dan Nabi Ibrahim as telah
membuktikan keberaniaannya menanggung resiko sampai siap dibakar sekalipun,
keberanian seperti ini memang harus kita tiru dalam kehidupan kita
sekarang. Allah menceritakan sikap berani Nabi Ibrahim dalam firmannya:
فراغ عليهم ضربا باليمين فأقبلوا إليه يزفون قال أتعبدون ما تنحتون والله
خلقكم وما تعملون قالوا ابنوا له بنيانا فألقوه فى الجحيم.
“Lalu dihadapinya berhal-berhala itu sambil memukulnya dengan tangannya. Kemudian kaumnya datang kepadanya dengan bergegas. Ibrahim berkata: “Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu, padahal Allahlah yang menciptakan kamu dan apa yang kau perbuat itu. Mereka berkata: “Dirikanlah suatu bangunan untuk membakar Ibrahim, lalu lemparkanlah dia kedalam api yang menyala-nyala itu”.(surat as-shafat:93-97)
Namun karena keberanian
yang luar biasa itulah, Allah swt memberikan pertolongan dengan
diselamatkannya Ibrahim dari jilatan api yang panas, apalagi Raja Namrud
menunjukkan kesombongannya, hal itu diceritakan Allah dalam firmanNya:
قالوا حرقوه وانصروا آلهتكم إن كنتم فاعلين. لنا يا نار كونى بردا وسلاما على
إبراهيم
“Mereka berkata:
“Bakarlah dia dan banulan tuhan-uahn kamu jika kamu benar-benar hendak
bertindak”. Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah dan menjadi
keselamatankah bagi Ibrahim (Surat al-Anbiya: 68-69)
Ciri keenam dari generasi Ibrahim adalah sangup dan
mau berkorban demi kepentingan Islam dan umatnya. Ini nampak sekali dari
gambaran ayat diatas dimanaIbrahim as memangg sanggup dan mau berkorban
meskipun harus dengan nyawa sekalipun bagi usaha meneegakkan ajaran Islam,
bahkan ketika Allah memerintahkannnya mengorbankan sang anak yang bernama
Ismail as, diapun melakukannya dengan hati yang mantap. Oleh karena itu
generasi kita sekarang juga harus dibentuk agar menjadi generasi yang
sanggup dan mau berkorban dijalan Allah karena memang tiada perjuangan tanpa
pengorbanan.
Akhirnya menjadi jelas bagi kita bahwa demikian ideal gambaran dari generasi
Ibrahim as dan bila kita menilai generasi kita pada masa sekarang, maka terasa
betul kesenjangan yang sedemikian jauh. Namun hal ini tidak perlu kita
khawatirkan selama kita mau berusaha semaksimal mungkin mendidik generasi
sekarang dengan pendidikan yang sebaik mungkin.
Hari raya Idul Adha yang juga dikenal dengan hari raya Qurban salahsatu
hikmahnya adalah mengingatkan kepada kita bahwa ajaran Islam itu memang harus
ditegakkan dimuka bumi ini dan untuk menegakkannya Idul Adha juga mengingatkan
akan pentingnya berkorban dalam kehidupan kita sebagai muslim yang berkewajiban
menegakkan nilai-nilai Islam. Dalam konteks perjuangan dijalan Allah,
pengorbanan menjadi lebih penting lagi karena memang tidak mungkin perjuangan
bisa berjalan dengan baik tanpa pengorbanan yang harus dilakukan oleh kaum
muslimin. Pengorbanan dalam perjuangan di jalan Allah itulah yang memang telah
dicontohkan oleh para Rasul terdahulu dan Rasul saw serta para sahabatnya.
Dalam kaitan kita harus berkorban itulah ada firman Allah yang mengingatkan
kita agar jangan sampai harta dan anak membuat kita lupa dari mengingat Allah
swt. Yang menjadi persoalan kita adalah tidak semua orang bisa dengan mudah
mengorbankan apa yang mereka miliki untuk dimanfaatkan dijalan Allah, karena
itu ada 4 hal yang harus kita lakukan agar kita bisa berkorban dijalan Allah.
Pertama, merenungi dan menghitung-hitung betapa banyak nikmat yang Allah
berikan kepada kita dan bila kita telah menghitungnya, maka kitapun tidak akan
bisa menghitung keseluruhannya karena begitu banyak nikmat yang Allah berikan
kepada kita dan kita harus bersyukur atau berterimakasih kepadaNya dalam bentuk
pengabdian kepada Allah. Kita bisa melihat, bisa berjalan, bisa menghirup udara
yang segar, bisa berbicara, bisa mendengar, bisa minum dan sebagainya merupakan
diantara nikmat Allah yang harus kita syukuri dan berkorban dijalan Nya
merupakan salah satu wujud dari rasa syukur kepada Allah swt, Allah berfirman:
لن تنالوا البر حتى تنفقوا مما تحبون وما تنفقوا من شيء فإن الله به عليم
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian yang sempurna sebelum kamu
menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan,
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya (surat al-Imran :92)
Kalau kita
bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada kita, maka kenikmatan yang Allah
berikan itu akan ditambah, baik ditambah jumlahnya maupun ditambah daya gunanya
sehingga orang suka mengatakan apa yang dimilikinya membawa keberkahan dan bila
ternyata kita tidak mau membuktikan rasa syukur itu, maka cepat atau lambat
Allah akan menunjukkan siksanya yang sangat pedih.
Kedua, menghindari pembelanjaan yang sia-sia, hal ini karena bagi
seorang muslim apa yang dilakukannya harus berguna tak boleh sia-sia, termasuk
dalam soal penggunaan harta dan itupula yang membuat seorang bisa mencapai
keberuntungan, Allah berfirman:
قد أفلح المؤمنون الذين هم فى صلاتهم خاشعون والذين عن اللغو معرضون
“Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang0orang yang khusu’ dalam
shalatnya dan orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang
tidak berguna” (Surat Al-Mu’minun :1-3)
Larangan Allah dalam
soal membelanjakan harta yang sia-sia bukan hanya agar seorang muslim termasuk
orang yang beruntung, tapi juga agar seorang muslim tidak termasuk kelompok
orang yang menjadi saudara syaitan karena hal itu termasuk pemborosan, Allah
berfirman :
ولا تبذر تبذيرا إن المبذرين كانوا إخوان الشياطين وكان الشيطان لربه كفورا
“Dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara syetan dan syetan itu sangat ingka kepada Tuhannya” (Surat Al-Israa :25-26)
Ketiga, meneladani
orang-orang yang berkorban di jalan Allah sebagaimana yang telah dilakukan oleh
Rasulullah dan para sahabat serta pengikut-pengikutnya. Banyak sekali diantara
mereka yang begitu besar tingkat pengorbanannya melebihi apa yang diharuskan.
Diantara mereka misalnya pengorbanan yang dilakukan oleh Abu Bakar As-Shiddiq
yang membawa semua uangnya dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah
bersama Rasul saw. Abu Bakar melakukan hal itu karena dia tahu keluarganya
dalam hal ini istri dan anak-anaknya telah siap untuk tidak ditinggalkan
apa-apa. Begitu juga dengan Yasir dan Sumayyah, suami istri yang menjadi budak
dan rela mengorbankan nyawanya demi mempertahankan iman. Bilal bin Rabah juga
siap menderita dengan siksaan yang berat dari tuannya demi mempertahankan iman
dan masih banyak lagi kalau harus kita sebutkan satu persatu.
Keempat, yang harus dilakukan seorang muslim agar bisa berkorban dijalan
Allah adalah dengan menghilangkan sifat materialistis dari jiwanya
masing-masing. Hal ini karena manakala sifat ini masih melekat dalam jiwa seseorang,
sangat sulit baginya untuk bisa berkorban secara ikhlas dijalan Allah.
Materialisme membuat orang menjadi begitu cinta pada hal-hal yang bersifat
duniawi, sementara baik dan buruk, hebat dan tidak hebat seringkali diukur
dengan patokan materi, menguntungkan atau tidak secara materi, nabi Muhammad
saw telah mensinyalir dalam satu hadist yang panjang dengan istilah Wahn yaitu
hubbuddunya wakarohiyatulmaut, inta dunia dan takut mati.
Akhirnya bisa kita
sadari bahwa berjuang dijalan Allah guna menegakkan nilai-nilai Islam merupakan
kewajiban yang harus diemban oleh kaum muslimin, untuk itu diperlukan daya
dukung yang besar bagi pelaksanaan perjuangan itu, tanpa itu sangat sulit bagi
kita untuk bisa melaksanakan perjuangan, itu sebabnya dituntut adanya pengorbanan
kita semua, baik pengorbanan dari segi waktu, tenaga, pikiran, dana sampai
nyawa sekalipun.
Semoga kita termasuk
kedalam orang-orang yang memiliki semangat perjuangan bagi tegaknya nilai-nilai
yang datang dari Allah dan kita mau berkorban dengan segala yang kita miliki.
No comments:
Post a Comment