1) Konsep Dasar
OSI 7 Layer dan TCP/IP 4 Layer
A. OSI (Open System Interconnection)
Protokol OSI adalah penggabungan dari berbagai protokol
standar yang ada dengan basis model OSI. Protokol ini dikembangkan oleh lembaga
Internasional yang bergerak di bidang pengembang protokol jaringan yang bisa
beroperasi pada semua vendor jaringan dan bisa melakukan komunikasi antar
sistem jaringan yang dibuat oleh vendor. OSI berkembang karena kebutuhan
standar jaringan internasional dan didesain untuk dapat menghubungkan hardware
dan software yang berbeda sistem operasi dan arsitekturnya.
OSI dikembangkan dan digunakan oleh dua organisasi
satndarisasi, yaitu
International Organization for Stanrdization (ISO) dan
International Telecomunication UnionTelecomunication Standardization Sector
(ITU-T).
Model Referansi Jaringan Terbuka OSI (OSI Reference Model
for Open Networking)
Adalah sebuah model arsitektural jaringan yang dikembangkan
oleh badan International Organizational for Standardization (ISO) di Eropa pada
tahun 1977. odel ini juga disebut dengan “Model Tujuh Lapis OSI” (OSI 7 Layer
Model).
Sebelum munculnya model referensi OSI, sistem jaringan
komputer sangat tergantung pada pemasok (vendor). OSI berupaya membentuk
standar umum jaringan komputer untuk menunjang interoperatibilitas antar
pemasok yang berbeda. Dlam suatu jaringan yang besar biasanya terdapat banyak
protokol aringan yang berbeda. Tidak adanya suatu protokol yang sama, membuat
banyak perangkat tidak bisa saling berkomunikasi.
Model referensi ini pada awalnya ditujukan sebagai basis
untuk mengembangkan protokol-protokol jaringan, meski pada kenyataannya
inisiatif ini mengalami kegagalan. Kegagalan itu disebabkan oleh beberapa
faktor berikut:
1. Standar
model referensi ini, jika dibandingkan dengan model referensi DARPA (Model
Internet) yang dikembangkan oleh Internet Engineering Task Force (IETF), sangat
berdekatan. Model DARPA adalah model basis protokol TCP/IP yang populer
digunakan.
2. Model
referensi ini dianggap sangat kompleks. Beberapa fungsi (seperti halnya metode
komunikasi connectionless) dianggap kurang bagus, sementara fungsi lainnya
(seperti flow control dan koreksi kesalahan) diulang-ulang pada beberapa
lapisan.
3. Pertumbuhan
internet dan protokol TCP/IP (sebuah protokol jaringan dunia nyata) membuat OSI
Reference Model menjadi kurang diminati.
Pemerintah Amerika Serikat mencoba untuk mendukung protokol
OSI Reference Model dalam solusi jaringan pemerintah pada tahuan 1980-1n,
dengan mengimplementasikan beberapa standar yang disebut dengan Government Open
System Interconnection Profile (GOSIP). Meski demikian usaha ini akhirnya
ditinggalkan pada tahun 1995, dan implementasi jaringan yang menggunakan OSI
Reference Model jarang dijumpai di luar Eropa.
OSI Reference Model pun akhirnya dilihat sebagai sebuah
model ideal dari koneksi lohis yang harus terjadi agar komunikasi data dalam
jaringan dapat berlangsung. Beberapa protokol yang digunakan dalam dunia nyata,
semacam TCP/IP, DECnet, dan IBM Systems Network Architecture (SNA) memetakan
tumpukan protokol (protocol stack) mereka ke OSI Reference Model. OSI Reference
Modle pun digunakan sebagai titik awal untuk mempelajari bagaimana beberapa
protokol jaringan di dalam sebuah kumpulan protokol dapat berfungsi dan
berinteraksi.
Gambar 14. OSI Reference Model
OSI Reference Model memiliki tujuh lapis (layer), yakni sebagai
berikut:
Lapisan ke Nama
Lapisan Keterangan
7 Application
Layer Berfungsi sebagai antarmuka
dengan aplikasi dengan fungsionalitas jaringan, mengatur bagaimana aplikasi
dapat mengakses jaringan, dan kemudian membuat pesan-pesan kesalahan. Protokol
yang berbeda dalam lapisan ini adalah HTTP, FTP, SMTP, dan NFS.
6 Presentation
Layer Berfungsi untuk mentranslasikan
data yang hendak ditransmisikan oleh aplikasi ke dalam format yang dapat
ditransmisikan melalui jaringan. Protokol yang berada dalam level ini adalah
perangkat lunak redirektor (redirector software), seperti layanan Workstation
(dalam
Windows NT) dan juga Network shell (semacam Virtual Network Computing [VNC]
atau Remote Desktop Protocol [RDP]).
5 Sessio n
Layer Berfungsi untuk mendefinisikan
bagaimana koneksi dapat dibuat, dipelihara, atau dihancurkan. Selain itu, di
level ini juga dilakukan resolusi nama.
4 Transport
Layer Berfungsi untuk memecah
data ke dalam paket-peket data serta memberikan nomor urut ke paket-peket
tersebut sehingga dapat disusun kembali pada sisi tujuan setelah diterima.
Selain itu, pada level ini juga membuat sebuah tanda bahwa paket diterima
dengan sukses (acknowledgment), dan mentransmisikan ulang terhadap paket-paket
yang hilang ditengah jalan.
3 Network
Layer Berfungsi untuk
mendefinisikan alamat-alamat IP, membuat header untuk paket-paket, dan kemudian
melakukan routing melalui internetworking dengan menggunakan router dan switch
layer-3.
2 Data-link
Layer
Berfungsi utnuk menentukan bagaimana
bit-bit data dikelompokkan menjadi format yang disebut sebagai frame. Selain
itu, pada level ini terjadi koreksi kesalahan, flow control, pengalamatan
perangkat keras (seperti halnya Media Access Control Address (MAC Address)),
dan menetukan bagaimana perangkat – perangkat jaringan seperti hub, bridge,
repeater, dan switch layer 2 beroperasi. Spesifikasi IEEE 802, membagi level
ini menjadi dua level anak, yaitu lapisan Logical Link Control (LLC) dan
lapisan Media Access Control (MAC).
1 Physical Layer
Berfungsi untuk mendefinisikan
media transmisi jaringan, metode pensinyalan, sinkronisasi bit, arsitektur
jaringan (seperti halnya Ethernet atau Token Ring), topologi jaringan dan
pengkabelan. Selain itu. Level ini juga mendefinisikan bagaimana Network
Interface card
(NIC) dapat berinteraksi dengan media kabel atau radio.
B. TCP/IP (Transmission Control
Protocol/Internet Protocol)
TCP/IP adalah standar komunikasi data yang digunakan oleh
komunitas internet dalam proses tukarmenukar data dari satu komputer ke
komputer di dalam jaringan internet. Denga kata lain TCP/IP adalah sekumpulan
protokol yang didesain untuk melakukan fungsi-fungsi komunikasi data pada WAN
(Wide Area Network). Protokol ini tidaklah dapat berdiri sendiri karena memang
protokol ini berupa kumpulan protokol (protocol suite). Protokol ini juga
merupakan protokol yang paling banyak digunakan saat ini. Data tersebut
diimplementasikan dalam bentuk perangkat lunak (software) di sistem operasi.
Istilah yang diberikan kepada perangkat lunak ini adalah TCP/IP stack.
Protokol TCP/IP dikembangkan pada akhir dekade 1970-an
hingga 1980-an sebagai sebuah protokol standar untuk menghubungkan
komputer-komputer dan jaringan untuk membentuk sebuah jaringan luas (WAN).
TCP/IP merupakan sebuah standar jaringan terbuka yang bersifat independen
terhadap mekanisme transport jaringan fisik yang digunakan, sehingga dapat
digunakan di mana saja. Protokol ini menggunakan skema pengalamatan yang
sederhana yang disebut sebagai alamat IP (IP Address) yang mengizinkan hingga
beberapa ratus juta komputer untuk dapat saling berhubungan satu sama lainnya
di Internet. Protokol ini juga bersifat routeble yag berarti protokol ini cocok
untuk menghubungkan sistem-sistem berbeda (seperti Microsoft Windows dan keluarga
UNIX) untuk membentuk jaringan yang heterogen.
Protokol TCP/IP selalu berevolusi seiring dengan waktu,
mengingat semakin banyaknya kebutuhan terhadap jaringan komputer dan internet.
Pengembangan ini dilakukan oleh beberapa badan, seperti halnya Internet Society
(ISOC), Internet Architecture Board (IAB), dan Internet Engineering Task Force
(IETF). Macam-macam protokol yang berjalan di atas TCP/IP, skema pengalamatan,
dan konsep TCP/IP didefinisikan dalam dokumen yang disebut sebagai Request for
Comments (RFC) yang dikeluarkan IETF.
Arsitektur
Arsitektur TCP/IP tidaklah berbasis model referensi tujuh
lapis OSI, tetapi menggunakan model referensi DARPA. Seperti diperlihatkan
dalam gambar berikut.
Gambar 16. Arsitektur TCP/IP dibandingkan dengan DARPA
Reference Model dan OSI Reference Model
TCP/IP mengimplementasikan arsitektur berlapis yang terdiri
atas empat lapis. Empat lapis ini dapat ditetapkan (meski tidak secara
langsung) terhadap model referensi OSI. Empat lapis ini, kadang-kadang disebut juga
sebagai DARPA model, Internet Model, atau DoD Model, mengingat TCP/IP merupakan
protokol yang awalnya dikembangkan dari proyek ARPANET yang dimulai oleh
Departemen Pertahanan Amerika Serikat.
Setiap lapisan yang dimiliki oleh kumpulan protokol (protocol
suite) TCP/IP diasosiasikan dengan protokolnya masing-masing. Protokol utama
dalam protokol TCP/IP adalah sebagai berikut:
Lapisan ke Nama
Lapisan Keterangan
4 Application
Layer Bertanggung jawab untuk
menyediakan akses kepada aplikasi terhadap layanan jaringan TCP/IP. Protokol
ini mencakup Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP), Domain Name Sysytem
(DNS), Hypertext Transfer Protocol (HTTP), File Tranfer Protocol (FTP), telnet,
Simple Mail Transfer Protocol (SMTP), Simple Network Management Protocol
(SNMP), dan masih banyak protokol lainnya. Dalam beberapa implementasi stack
protocol, seperti halnya Microsoft TCP/IP, protokol-protokol lapisan ini
beriteraksi dengan menggunakan antarmuka Windows Socket (WinSock) atau NetBIOS
over TCP/IP (NetBT).
3 Transport
Layer Berguna untuk membuat
komunikasi menggunakan sesi koneksi yang bersifat connection-oriented atau
broadcast yang bersifat connectionless. Protokol dalam lapisan ini adalah
Transmission Control Protocol (TCP) dan User Datagram Protocol (UDP).
2 Internet
Layer Bertanggung jawab untuk melakukan
pemetaan (routing) dan enkapsulasi paket-paket data jaringan menjadi
paket-paket IP. Protokol yang bekerja dalam lapisan ini adalah Internet
Protocol (IP), Address Resolution Protocol (ARP), Internet Control Message
Protocol (ICMP), dan Internet Group Management Protocol (IGMP).
1 Network
Interface Layer Bertanggung jawab
untuk meletakkan frame-frame jaringan diatas media jaringan yang digunakan.
TCP/IP dapat bekerja dengan banyak teknologi transport, mulai dari teknologi
transport dalam LAN (seperti halnya Ethernet dan Token Ring), MAN dan WAN
(seperti halnya dial-up modem yang berjalan diatas Public Switched Telephone
Network (PSTN), Integrated Services Digital Network (ISDN), serta Asynchronous
Transfer Mode (ATM)).
Dari dua konsep dasar OSI 7 layer dan TCP/IP 4 layer
tersebut diatas dapat disimpulkan seperti berikut :
No OSI Model TCP/IP Protokol
Lapisan Nama Protokol Kegunaan
7 Aplikasi Aplikasi DHCP (Dynamic Host
Configuration Protocol) Protokol
untuk distribusi IP pada jaringan dengan jumlah ip yang terbatas.
DNS
(Domain Name Server) Database nama domain
mesin dan nomor IP.
FTP
(File Transfer Protocol) Protokol untuk
transfer file
HTTP
(HyperText Tarnsfer
Protocol) Protokol
untuk transfer file HTML dan web.
MIME
(Multipurpose Internet Mail Extension) Protokol
untuk mengirim file binary dalam bentuk
teks.
NNTP
(Network News
Transfer Protocol) Protokol
untuk merima dan mengirim newsgroup.
POP
(Post Office Protocol) Protokol untuk
mengambil mail dari server.
SMB
(Server Message Block) Protokol
untuk transfer berbagi server file DOS dan Windows.
6 Presentasi SMTP (Simple Mail transfer
Protocol) Protokol untuk
pertukaran mail
SNMP
(Simple Network
management Protocol) Protokol
untuk manajemen jaringan.
Telnet
Protokol untuk akses dari jarak jauh
TFTP
(Trivial FTP) Protokol untuk transfer
file
5 Sessi NetBIOS (Network Basic
Input Output System) BIOS
jaringan standar
RPC
(Remote Procedure
Call) Prosedur
pemanggilan jarak jauh
SOCKET
Input Output untuk network jenis
BSD-UNIX
4 Transport Transport TCP (Transmission Control Protocol) Protokol pertukaran
data
berorientasi (connection-oriented)
UDP
(User Datagram
Protocol) Protokol
pertukaran data non
orientasi (connectionless)
3 Network Internet IP (Internet Protocol) Protokol
untuk menetapkan routing
RIP
(Routing Information
Protocol) Protokol
untuk memilih routing
ARP
(Address resolution
Protocol) Protokol
untuk mendapatkan
informasi hardware dari nomor IP
RARP
(Reverse ARP) Protokol untuk mendapatkan
informasi nomor IP dari hardware
2 Data-Link
LLC Network
Interface PPP
(Point to Point Protocol) Protokol
untuk poin ke poin
Data-Link
MAC SLIP
(Serial Line Internet Protocol) Protokol dengan menggunakan
sambungan seri
1 Fisik Ethernet, FDDI, ISDN, ATM
Standarisasi masalah jaringan tidak hanya dilakukan oleh ISO
saja, tetapi juga diselenggarakan oleh badan dunia lainnya seperti: ITU
(International telecommunication Union), ANSI (American National Standard
Institute), NCITS (National Comitte for Information Technology
Stardardization), bahkan juga oleh lembaga asosiasi profesi, seperti: IEEE
(Institute of Electrical and Electronic Enginers) dan ATM-Forum di Amerika.
Pada praktiknya, bahkan vendor-vendor produk LAN ada yang memakai satandar yan
diahsilkan IEEE.
2) Konsep Dasar
dan Pengalamatan IP
Protokol TCP/IP menggunakan dua buah skema pengalamatan yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasiskan sebuah komputer dalam sebuah
jaringan atau jaringan dalam sebuah internetwork, yakni sebagai berikut:
A. IP Address
Untuk dapat saling berkomunikasi, jaringan TCP/IP memerlukan
identitas diri berupa nomor yang didebut dengan nomor IP (IP Address). IP
Address adalah alamat yang diberikan pada jaringan komputer dan peralatan
jaringan yang menggunakan protokol TCP/IP.
IP Address sendiri sampapi sekarang sudah sampai versi 6,
tetapi yang sering digunakan adalah IP Address versi 4 (IPv4) dan IP Address
versi 6 (IPv6). IPv4 terdiri atas 32 bit angka biner yang dapat dituliskan
menjadi 4 kelompok angka desimal yang dipisahkan oeh tanda titik setiap 8 bit.
Tiap 8 bit disebut sebagai oktet. Dari 32 bit ini dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu Network ID dimana menentukan alamat jaringan komputer (NetID) dan Host ID
sebagai penentu dari alamat host (komputer, rputer, switch). Bentuk IP Address
adalah sebagai berikut
xxxxxxxx. xxxxxxxx. Xxxxxxxx. xxxxxxxx
Setiap simbol “x” dapat digantikan oleh angka 0 dan 1,
misalnya:
11110010.10111000.00010110.00000001
Notasi IP Address dengan bilangan biner seperti diatas
tidaklah mudah dibaca. Untuk membuatnya lebih mudah dibaca dan ditulis, IP
Address sering ditulis menjadi angka desimal. Foemat penulisan seperti ini
disebut dengan “dotted-decimal notation”. Setiap bilangan desimal tersebut
merupakan nilai dari satu oktet IP Address.
Gambar 17. dotted-decimal notation
IPv6 merupakan perkembangan dari IPv4 dengan menggunakan 128
bit sebagai address. Namun IPv6 tidak akan kita bahas pada modul ini.
Kelas-kelas IP Address
Jika dilihat dari bentuknya, IP Address terdiri atas 4 buah bilangan
biner 4 bit. Nilai terbesar dari bilangan biner 8 bit adalah 255
(=27+26+25+24+23+22+2+1). Karena IP Address terdiri atas 4 buah bilangan 8 bit,
maka jumlah IP Address yang tersedia adalah 255 x 255 x 255 x 255. IP Address
sebanyak ini harus dibagikan ke seluruh pengguna jaringan internet di seluruh
dunia. Untuk mempermudah pemakaian, bergantung pada kebutuhan pemakai dan
mempermudah proses pembagiannya, maka IP Address dikelompokkan dalam
kelas-kelas. Dasar pertimbangan pebagian IP Adrress ke dalam kelas-kelas adalah
untu mempermudah pendistribusian pendaftaran IP Address.
IP Address ini dikelompokkan menjadi lima kelas, yaitu Kelas
A, Kelas B, Kelas C, Kelas D, dan Kelas E. Perbedaan pada masing-masing kelas
tersebut adalah terletak pada ukuran dan jumlahnya.
1. Kelas A
IP kelas A dipakai oleh sedikit jaringan, tetapi jaringan
ini memiliki anggota yang besar.
Karakteristik:
Format :
0nnnnnnn hhhhhhhh hhhhhhhh hhhhhhhh
Bit
Pertama :
0
Panjang
NetID :
8 bit
Panjang
HostID :
24 bit
Byte
Pertama :
0 – 127
Jumlah :
126 Kelas A (0 dan 127 dicadangkan)
Range
IP :
1.xxx.xxx.xxx sampai 126.xxx.xxx.xxx
Jumlah
IP :
16.777.214 IP Address pada tiap kelas A
IP Address kelas A diberikan untuk jaringan dengan jumlah
host yang sangat besar. Bit pertama dari kelas ini selalu di set ke angka 0
(nol) sehingga byte terdepan dari kelas ini selalu bernilai antara angka 0
sampai 127. Tapi sekali lagi perlu diingat bahwa angka 0 dan 127 dicadangakan.
Pada IP Address kelas A, NetID ialah delapan bit, sedangkan
hostID-nya 24 bit berikutnya. Dengan demikian, cara membaca IP Address kelas A
adalah sebagai berikut:
Misal nomor IP : 100.50.5.1
NetID = 100
HostID = 50.5.1
Berarti IP Address diatas terdapat pada network nomor 100
dan host nomor 50.5.1.
2. Kelas B
Karakteristik:
Format :
10nnnnnn nnnnnnnn hhhhhhhh hhhhhhhh
Bit
Pertama :
10
Panjang
NetID :
16 bit
Panjang
HostID :
16 bit
Byte
Pertama :
128 – 191
Jumlah :
16.384
Range
IP :
128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx
Jumlah
IP :
65.532 IP Address pada tiap kelas B
IP Address Kelas B biasanya dalokasikan untuk jaringan
berukuran sedang dan besar. Dua bit pertama dari IP Address kelas B selalu di
set 10 (satu nol) sehingga byte terdepan dari IP Address kelas B selalu brnilai
antara 128 sampai 191.
Pada IP Address kelas B, Network ID ialah enam belas bit
pertama, sedangan host ID adalah 16 bit berikutnya. Dengan demikian cara
membaca IP Address kelas B, misalnya sebagai berikut:
Nomor IP : 131.99.20.1
NetID = 131.99
HostID = 20.1
Berarti IP Address diatas terdapat pada network nomor 131.99 dan host nomor 20.1.
3. Kelas C
IP kelas C dipakai oleh banyak jaringan, tetapi angota masing-masing
jaringan sedikit.
Karakteristik:
Format :
110nnnnn nnnnnnnn nnnnnnnn hhhhhhhh
Bit
Pertama :
110
Panjang
NetID :
24 bit
Panjang
HostID :
8 bit
Byte
Pertama :
192 – 223
Jumlah :
2.097.152
Range
IP :
192.0.0.xxx sampai 223.255.255.xxx
Jumlah
IP :
256 IP Address pada tiap kelas C
IP Address kelas C awalnya digunakan untuk jaringan berskala
kecil (misalnya LAN). Tiga bit pertama dari IP address kelas C selalu berisi
111. Bersama 21 bit berkutnya, angka ini membentuk network ID 24 bit, dan host
ID 8 bit berikutnya. Dengan konfigurasi ini, bis dibentuk sekitar dua juta
network dengan masing-masing network memiliki 256 IP address.
4. Kelas D
IP ini juga didefinisikan, tetapi tidak digunakan dalam
penggunaan jaringan normal. Kelas D
diperuntukkan bagi jaringan multicast.
Karakteristik:
Format :
1110mmmm mmmmmmmm mmmmmmmm mmmmmmmm
4
Bit Pertama :
1110
Bit
multicast :
28 bit
Byte
inisial :
224 – 247
Deskripsi : Kelas D adalah ruang alamat
multicast. (RFC 1112)
IP Address kelas D digunakan untuk keperluan IP
multicasting. 4 bit pertama IP address kelas D di set 1110. Bit-bit berikutnya
diatur sesuai keperluan multicast group yang menggunakan IP address ini. Dalam
multicasting tidak dikenal network bit dan host bit.
5. Kelas E
Sama halnya dengan IP kelas D, IP Kelas E ini hanya
digunakan untuk keperluan eksperimental.
Karakteristik:
Format :
1111rrrr rrrrrrrr rrrrrrrr rrrrrrrr
Bit
Pertama :
1111
Bit
cadangan :
28 bit
Byte
inisial :
248 – 255
Deskripsi
:
Kelas E adalah ruang alamat yang dicadangkan
untuk keperluan
eksperimental.
IP Address kelas E tidak digunkan untuk umum. 4 bit pertama
IP address kelas ini di set 1111.
Selain network ID, istilah lain yang digunakan untuk
menyebut bagian IP address yang menunjukkan jaringan adalah Network Prefix.
Biasanya dalam menuliskan network prefix suatu kelas IP address digunakan tanda
garis miring (slash) “/”, yang diikuti dengan angka yang menunjukkan panjang
network prefix ini dalam bit.
Misalnya, ketika menuliskan network kelas A dengan alokasi
IP 12.xxx.xxx.xxx, network prefixnya dituliskan sebagai: 12/8. Angka delapan
menunjukkan jumlah bit yang digunakan oleh network prefix.
Untuk menunjuk satu network kelas B 167.205.xxx.xxx,
digunakan: 167.205/16. Angka 16 merupakan panjang bit untuk network prefix pada
IP address kelas B.
Netmask Network
Network ID dan
Host ID
Pembagian kelas-kelas IP Address didasarkan pada dua hal,
yaitu NetID dan HostID dari IP Address. Setiap IP Address selalu merupakan
sebuah pasangan dari Network-ID (identitas jaringan) dan hostID (identitas host
dalam jaringan tersebut). NetID adalah bagian dari alamat IP yang digunakan
ntuk menunjukkan jaringan tempat komputer ini berada, sedang hostID adalah
bagian dari alamat IP yang digunakan untuk menunjukkan host/client/workstation,
server, router, dan semua host TCP/IP lainnya dalam jaringan tersebut. Dalam
satu jaringan, host-ID ini harus unik (tidak boleh ada yang sama).
Aturan Dasar Pemilihan Network ID dan Host ID
Terdapat beberapa aturandasar dalam menentukan network ID
dan host ID yang hendak digunakan.
Aturan tersebut adalah:
Network ID
tidak boleh sama dengan 127
Network ID 127 tidak dapat digunakan karena secara default
digunakan untuk keperluan loopback.
Loopback ialah IP address yang digunakan komputer untuk
menunjuk dirinya sendiri.
Network ID
dan host ID tidak boleh sama dengan 255 (seluruh bit di set 1).
Seluruh bit dari network ID dan host ID tidak boleh semuanya
di set 1. Jika hal ini dilakukan, Network ID dan Host ID tersebut akan
diartikan sebagai alamat broadcast. ID broadcast merupakan alamat yang mewakili
seluruh anggota jaringan. Pengiriman paket ke alamat broadcast akan menyebabkan
paket ini didengarkan oleh seluruh anggota jaringan tersebut.
Network ID
dan Host ID tidak boleh 0 (nol)
Netwirk ID dan host ID tidak boleh semuaa bitnya 0 (nol). IP
address dengan host ID 0 diartikan sebagai alamat network. Alamat network ialah
alamat yang digunakan untuk menunjuk suatu jaringan, dan tidak menunjukkan
suatu host.
Host ID harus
unik dalam satu network
Dalam satu network, tidak boleh ada dua host yang memiliki
host ID yang sama.
B. DNS (Domain Name System)
Domain Name System (DNS) adalah suatau sistem yang
memungkinkan nama suatu host pada jaringan komputer atau internet
ditranslasikan menjadi IP address.
DNS digunakan untuk mempermudah pengunaan internet, dengan
memetakan IP address ke nama host. Agar data nama host dapat di distribusikan
di banyak server, format data yang digunakan harus mencerminkan
terdistribusinya data tersebut. Untuk itu, digunakan format tree dengan
masing-masing nodenya disebut domain. Penulisan nama host secara lengkap
disebut sebagai Full Qualified Domain Name (FQDN).
Dalam pemberian nama, DNS menggunakan arsitektur hierarki
seperti berikut: a). Root-level Domain
Merupakan tingakt teratas yang ditampilkan sebagai tanda titik
(.).
b). Top Level Domain
Kode kategori organisasi atau negara, misalnya: .com untuk
dipakai perusahaan; .edu untuk dipakai oleh pendidikan; .gov untuk digunakan
oleh badan pemerintahan. Selain itu untuk membedakan pemakaian nama oleh suatu
negara dengan negara lain digunakan tanda misalnya .id untuk Indonesia atau .au
untuk Australia.
c). Second Level Domain
Merupakan nama untuk organisasi atau perusahaan, mislnya:
microsoft.com; yahoo.com; google.com, dan lain-lain.
3) CIDR
(Classless Inter-Domain Routing)
Classless Inter-Domain Routing (disingkat menjadi CIDR)
adalah sebuah cara alternatif untuk mengklasifikasikan alamat-alamat IP berbeda
dengan sistem klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan
kelas E. Disebut juga sebagai supernetting. CIDR merupakan mekanisme routing
yang lebih efisien dibandingkan dengan cara yang asli, yakni dengan membagi
alamat IP jaringan ke dalam kelas-kelas A, B, dan C. Masalah yang terjadi pada
sistem yang lama adalah bahwa sistem tersebut meninggalkan banyak sekali alamat
IP yang tidak digunakan. Sebagai contoh, alamat IP kelas A secara teoritis
mendukung hingga 16 juta host komputer yang dapat terhubung, sebuah jumlah yang
sangat besar. Dalam kenyataannya, para pengguna alamat IP kelas A ini jarang
yang memiliki jumlah host sebanyak itu, sehingga menyisakan banyak sekali
ruangan kosong di dalam ruang alamat IP yang telah disediakan. CIDR
dikembangkan sebagai sebuah cara untuk menggunakan alamat-alamat IP yang tidak
terpakai tersebut untuk digunakan di mana saja. Dengan cara yang sama, kelas C
yang secara teoritis hanya mendukung 254 alamat tiap jaringan, dapat
menggunakan hingga 32766 alamat IP, yang seharusnya hanya tersedia untuk alamat
IP kelas B.
Subnet Mask Nilai CIDR
Subnet Mask Nilai CIDR
255.128.0.0 /9 255.255.240.0 /20
255.192.0.0 /10 255.255.248.0 /21
255.224.0.0 /11 255.255.252.0 /22
255.240.0.0 /12 255.255.254.0 /23
255.248.0.0 /13 255.255.255.0 /24
255.252.0.0 /14 255.255.255.128 /25
255.254.0.0 /15 255.255.255.192 /26
255.255.0.0 /16 255.255.255.224 /27
255.255.128.0 /17
255.255.255.240 /28
255.255.192.0 /18
255.255.255.248 /29
255.255.224.0 /19
255.255.255.252 /30
4) Subnetting
Sebenarnya subnetting itu apa dan kenapa harus dilakukan?
Pertanyaan ini bisa dijawab dengan analogi sebuah jalan. Jalan bernama Gatot
Subroto terdiri dari beberapa rumah bernomor 01-08, dengan rumah nomor 08
adalah rumah Ketua RT yang memiliki tugas mengumumkan informasi apapun kepada
seluruh rumah di wilayah Jl. Gatot Subroto.
Ketika rumah di wilayah itu makin banyak, tentu kemungkinan
menimbulkan keruwetan dan kemacetan. Karena itulah kemudian diadakan pengaturan
lagi, dibuat gang-gang, rumah yang masuk ke gang diberi nomor rumah baru,
masing-masing gang ada Ketua RTnya sendiri-sendiri. Sehingga ini akan
memecahkan kemacetan, efiesiensi dan optimalisasi transportasi, serta setiap
gang memiliki previledge sendiri-sendiri dalam mengelola wilayahnya. Jadilah
gambar wilayah baru seperti di bawah:
Konsep seperti inilah sebenarnya konsep subnetting itu.
Disatu sisi ingin mempermudah pengelolaan, misalnya suatu kantor ingin membagi
kerja menjadi 3 divisi dengan masing-masing divisi memiliki 15 komputer (host).
Disisi lain juga untuk optimalisasi dan efisiensi kerja jaringan, karena jalur
lalu lintas tidak terpusat di satu network besar, tapi terbagi ke beberapa
ruas-ruas gang. Yang pertama analogi Jl Gatot Subroto dengan rumah disekitarnya
dapat diterapkan untuk jaringan adalah seperti NETWORK ADDRESS (nama jalan) dan
HOST ADDRESS (nomer rumah). Sedangkan Ketua RT diperankan oleh BROADCAST
ADDRESS (192.168.1.255), yang bertugas mengirimkan message ke semua host yang
ada di network tersebut.
Masih mengikuti analogi jalan diatas, kita terapkan ke subnetting
jaringan adalah seperti gambar di bawah. Gang adalah SUBNET, masing-masing
subnet memiliki HOST ADDRESS dan BROADCAST ADDRESS.
Terus apa itu SUBNET MASK? Subnetmask digunakan untuk
membaca bagaimana kita membagi jalan dan gang, atau membagi network dan
hostnya. Address mana saja yang berfungsi sebagai SUBNET, mana yang HOST dan
mana yang BROADCAST. Semua itu bisa kita ketahui dari SUBNET MASKnya. Jl Gatot
Subroto tanpa gang yang saya tampilkan di awal bisa dipahami sebagai
menggunakan SUBNET MASK DEFAULT, atau dengan kata lain bisa disebut juga bahwa
Network tersebut tidak memiliki subnet (Jalan tanpa Gang). SUBNET MASK DEFAULT
ini untuk masing-masing Class IP Address adalah sbb:
CLASS OKTET
PERTAMA SUBNET MASK DEFAULT PRIVATE ADDRESS
A 1-127 255.0.0.0 10.0.0.0-10.255.255.255
B 128-191 255.255.0.0 172.16.0.0-172.31.255.255
C 192-223 255.255.255.0 192.168.0.0-192.168.255.255
Kali ini saatnya anda mempelajari teknik penghitungan
subnetting. Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary
yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua
pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet,
Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.
Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2.
Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa
IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti
itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung
dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah:
11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut
dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali
tahun 1992 oleh IEFT.
Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang
bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:
Subnet Mask Nilai CIDR
Subnet Mask Nilai CIDR
255.128.0.0 /9 255.255.240.0 /20
255.192.0.0 /10 255.255.248.0 /21
255.224.0.0 /11 255.255.252.0 /22
255.240.0.0 /12 255.255.254.0 /23
255.248.0.0 /13 255.255.255.0 /24
255.252.0.0 /14 255.255.255.128 /25
255.254.0.0 /15 255.255.255.192 /26
255.255.0.0 /16 255.255.255.224 /27
255.255.128.0 /17
255.255.255.240 /28
255.255.192.0 /18
255.255.255.248 /29
255.255.224.0 /19
255.255.255.252 /30
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
Ok, sekarang mari langsung latihan saja. Subnetting seperti
apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26
berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan: Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua
pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah
host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita
selesaikan dengan urutan seperti itu:
1. Jumlah
Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask
(2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi
Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
2. Jumlah Host
per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya
binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2
= 62 host
3. Blok Subnet
= 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah
64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
4. Bagaimana
dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya.
Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast
adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
Subnet 192.168.1.0
192.168.1.64 192.168.1.128 192.168.1.192
Host Pertama 192.168.1.1
192.168.1.65 192.168.1.129 192.168.1.193
Host Terakhir 192.168.1.62
192.168.1.126 192.168.1.190 192.168.1.254
Broadcast 192.168.1.63
192.168.1.127 192.168.1.191 192.168.1.255
Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C.
Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan
teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C
adalah seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara diatas untuk
subnetmask lainnya.
Subnet Mask Nilai
CIDR
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B
Berikutnya kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP
address class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting
class B adalah seperti dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah
kiri dan kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang
“dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis
dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet
ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR
/25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi
setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
Subnet Mask Nilai
CIDR
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.128.0 /17
255.255.255.128 /25
255.255.192.0 /18
255.255.255.192 /26
255.255.224.0 /19
255.255.255.224 /27
255.255.240.0 /20
255.255.255.240 /28
255.255.248.0 /21
255.255.255.248 /29
255.255.252.0 /22
255.255.255.252 /30
Ok, kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk
Class B. Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai
/24. Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18
berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
1. Jumlah
Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi
Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
2. Jumlah Host
per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya
binari 0 pada
2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2
= 16.382 host
3. Blok Subnet
= 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi
subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
4. Alamat host
dan broadcast yang valid?
Subnet 172.16.0.0 172.16.64.0 172.16.128.0
172.16.192.0
Host Pertama 172.16.0.1
172.16.64.1 172.16.128.1 172.16.192.1
Host Terakhir 172.16.63.254
172.16.127.254 172.16.191.254 172.16.255.254
Broadcast 172.16.63.255
172.16.127.255 172.16.191.255 172.16..255.255
Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk
yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address
172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25
berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
1. Jumlah
Subnet = 29 = 512 subnet
2. Jumlah Host
per Subnet = 27 – 2 = 126 host
3. Blok Subnet
= 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
4. Alamat host
dan broadcast yang valid?
Subnet 172.16.0.0 172.16.0.128 172.16.1.0 … 172.16.255.128
Host
Pertama 172.16.0.1
172.16.0.129 172.16.1.1 … 172.16.255.129
Host
Terakhir 172.16.0.126
172.16.0.254 172.16.1.126 … 172.16.255.254
Broadcast 172.16.0.127
172.16.0.255 172.16.1.127 … 172.16.255.255
Masih bingung juga? Ok sebelum masuk ke Class A, coba ulangi
lagi dari Class C, dan baca pelan-pelan
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Kalau sudah mantab dan paham, kita lanjut ke Class A.
Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok
subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2
oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian
subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet
mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16
berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
1. Jumlah Subnet
= 28 = 256 subnet
2. Jumlah Host
per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
3. Blok Subnet
= 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
4. Alamat host
dan broadcast yang valid?
Subnet 10.0.0.0 10.1.0.0 … 10.254.0.0
10.255.0.0
Host
Pertama 10.0.0.1
10.1.0.1 … 10.254.0.1 10.255.0.1
Host
Terakhir 10.0.255.254
10.1.255.254 … 10.254.255.254 10.255.255.254
Broadcast 10.0.255.255
10.1.255.255 … 10.254.255.255 10.255.255.255
Mudah-mudahan sudah setelah anda membaca paragraf terakhir
ini, anda sudah memahami penghitungan subnetting dengan baik. Kalaupun belum
paham juga, anda ulangi terus artikel ini pelan-pelan dari atas. Untuk teknik
hapalan subnetting yang lebih cepat, tunggu di artikel berikutnya
Catatan: Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa
IP Subnet-Zeroes (dan IP SubnetOnes) dihitung secara default. Buku versi
terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP
Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya
secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command
ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta
soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x
– 2
Contoh Soal Subnetting:
1. What is the
subnetwork number of a host with an IP address of 172.16.66.0/21?
2. Which type
of address is 223.168.17.167/29?
3. A company is
planning to subnet its network for a maximum of 27 hosts. Which subnetmask
would provide the needed hosts and leave the fewest unused addresses in each
subnet?
Pembahasan:
1. What is the
subnetwork number of a host with an IP address of 172.16.66.0/21?
CIDR /21 berarti 255.255.248.0. Blok subnet = 256- 248 = 8,
netmasknya adalah kelipatan 8 (0, 8, 16, 24, 32, 40, 48, …, 248) dan karena ini adalah alamat IP kelas
B, blok subnet kita “goyang” di oktet ke 3. Tidak perlu kita list semuanya,
kita hanya perlu cari kelipatan 8 yang paling dekat dengan 66 (sesuai dengan
soal), yaitu 64 dan 72. Jadi susunan alamat IP khusus untuk subnet 172.16.64.0
dan 172.16.72.0 adalah seperti di bawah. Jadi pertanyaan bisa dijawab bahwa
172.16.66.0 itu masuk di subnet 172.16.64.0
Subnet … 172.16.64.0 172.16.72.0 …
Host Pertama …
172.16.64.1 172.16.72.1 …
Host Terakhir … 172.16.71.254 172.16.79.254 …
Broadcast … 172.16.71.255 172.16.79.255 …
2. Which type
of address is 223.168.17.167/29?
Subnetmask dengan CIDR /29 artinya 255.255.255. 248. Blok
subnet= 256-248 = 8, alias urutan subnetnya adalah kelipatan 8 yaitu 0, 8, 16,
24, 32, …, 248. Tidak perlu mencari semu subnet (kelipatan blok subnet), yang
penting kita cek kelipatan 8 yang paling dekat dengan 167 (sesuai soal), yaitu
160 dan 168. Kalau kita susun seperti yang dulu kita lakukan di penghitungan
subnetting adalah seperti di bawah. Dari situ ketahuan bahwa 223.168.17.167
adalah alamat broadcast.
Subnet … 223.168.17.160 223.168.17.168 …
Host Pertama … 223.168.17.161 223.168.17.169 …
Host Terakhir …
223.168.17.166 223.168.17.174 …
Broadcast … 223.168.17.167 223.168.17.175 …
3. A company is
planning to subnet its network for a maximum of 27 hosts. Which subnetmask
would provide the needed hosts and leave the fewest unused addresses in each
subnet?
Karena kebutuhan host adalah 27, kita tinggal masukkan ke rumus 2y – 2, dimana
jawabannya tidak boleh kurang dari (atau sama dengan) 27. Jadi 2y – 2 >= 27,
sehingga nilai y yang tepat adalah 5 (30 host). Sekali lagi karena y adalah
banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnetmask, maka kalau kita susun
subnetmasknya menjadi 11111111.11111111.11111111.11100000 atau kalau kita
desimalkan menjadi 255.255.255.224.
4. Host A is
connected to the LAN, but it cannot connect to the Internet. The host
configuration is shown in the exhibit. What are the two problems with this
configuration?
CIDR /27 artinya netmask yang digunakan adalah
255.255.255.224. Dari sini kita tahu bahwa isian netmask di host adalah
berbeda, jadi salah setting di netmask. Yang kedua blok subnet = 256-224 = 32,
jadi subnetnya adalah kelipatan 32 (0, 32, 64, 86, 128, …, 224). Artinya di
bawah Router 1, masuk di subnet 198.18.166.32. Alamat gateway sudah benar,
karena biasa digunakan alamat host pertama. Hanya alamat IP hostnya salah
karena 198.18.166.65 masuk di alamat subnet 198.18.166.64 dan bukan
198.18.166.32.
No comments:
Post a Comment